Mirror iPhone Case: Mirror iPhone 4/4S Case by BURIBO ART. Wite iPhone case that made of good material, cool case for your phone, this case also available for iPhone 5/5s, 5c, Samsung Galaxy Note 2, 3, Samsung Galaxy S3, S4, S5, Samsung Galaxy Grand, Redmi Xiaomi.
Find this cool stuff here: http://zocko.it/LHWH8
PERLAKUKAN SAMPAH DENGAN SEMESTINYA
Saya berani mengatakan bahwa “Bukan lagi menjadi sebuah
rahasia bahwa Negara kita yang katanya “TERCINTA”
ini punya banyak masalah yang tengah menggrogotinya”. Mulai dari masalah individu
dengan korupsinya, hingga masalah secara umum yang terjadi dilingkungan sekitar
kita. Mulai dari bencana alam yang bermacam-macam, polusi udara, pencemaran
lingkungan, dll.
Pencemaran lingkungan yang didalangi
oleh penumpukan sampah ditempat yang tidak semestinya seperti selokan, sungai, kanal,
jalanan, dan tempat-tempat umum lainnya. Dan hal tersebut banyak dieluh-eluhkan
oleh masyarakat. Namun dilihat dari pelakunya, ternyata masyarakat sendiri yang
melakukan hal tersebut. Jadi, tidak heran bahwa sangat banyak bencana alam yang
terjadi karena ulah manusia yang tidak paham dengan cara memperlakukan sampah hasil
konsumsinya.
Kemudian Reduce, Reuse, dan Recycle
hadir ditengah-tengah kita sebagai langkah soluktif dalam memperlakukan barang
konsumsi sehari-hari. Ke tiga kata tersebut mungkin masih asing ditelinga awam
kita maupun saya secara pribadi, namun sebenarnya tanpa kita sadari bahwa
ternyata kita (orang yang cerdas) pernah menerapkannya dalam kehidupan kita. Bukan
hanya mengurangi penumpukan barang-barang yang tidak terpakai, namun juga
menjadikan kita sebagai manusia yang kreatif dalm menjalani hidup sehari-hari.
Reduce adalah
istilah dari tindakan yang meminimalisir penggunaan barang yang dapat menambah
daftar sampah yang kita hasilkan setiap harinya. Langkah yang satu ini menurut
saya merupakan cara yang cukup ampuh untuk mengurangi folume sampah, disamping
itu juga dapat mengurangi biaya hidup anda.
Dan untuk mengaplikasikan system Reduce tidaklah susah kok, cukup dengan : memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang, hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali), mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
Dan untuk mengaplikasikan system Reduce tidaklah susah kok, cukup dengan : memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang, hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali), mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
Reuse atau penggunaan kembali
benda-benda yang telah kita pergunakan sebelumnya. Saya biasa heran dengan
tingkah laku sebagian besar orang,
mereka gengsi menggunakan barang yang telah mereka pergunakan
sebelumnya. Padahal hal tersebut tidak akan menimbulkan dampak negative melainkan
dampak positiflah yang akan muncul.
lagi-lagi cara ini juga terbukti sangat ampuhmengurangi massa sampah. Cukup saya mengajak anda untuk mengurangi penggunaan kantong plastic dan beralih ke kantong belanjaan yang bias dipergunakan setiap saat dan dengan ketahanan yang lebih kuat. Bukan hanya itu saja, saya juga mengajak kepada anda untuk tidak mudah membuang barang-barang yang menurut anda sudah tidak berguna. Contohnya seperti kertas bekas foto copy. Kertas tersebut biasanya memiliki satu sisi yang kosong, dan anda bias menggunakan sisi tersebut untuk menulis cakaran atau konsep-konsep.
lagi-lagi cara ini juga terbukti sangat ampuhmengurangi massa sampah. Cukup saya mengajak anda untuk mengurangi penggunaan kantong plastic dan beralih ke kantong belanjaan yang bias dipergunakan setiap saat dan dengan ketahanan yang lebih kuat. Bukan hanya itu saja, saya juga mengajak kepada anda untuk tidak mudah membuang barang-barang yang menurut anda sudah tidak berguna. Contohnya seperti kertas bekas foto copy. Kertas tersebut biasanya memiliki satu sisi yang kosong, dan anda bias menggunakan sisi tersebut untuk menulis cakaran atau konsep-konsep.
Recycle adalah mendaur ulang barang-barang
yang sudah tidak terpakai. Cara ini adalah cara yang paling saya sukai, sebab
dengan Recyle bias mengasah kreatifitas saya untuk menghasilkan sebuah karya
yang bermanfaat. Satu pengalaman yang Recycle buat saya adalah ketika kertas Koran
yang bertumpuk dirumah mengganggu pandangan, kemudian mucul ide untuk membuat miniature
rumah dengan kertas Koran tersebut. Alhasil, bukan malah tidak butuh dengan
kertas Koran, justru malah masih kekurangan kertas tersebut. Dan hal tersebut bias
anda jadikan contoh untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan anda.
anda merasa tertarik untuk mengaplikasikan pola hidup Recycle?!. Berarti anda adalah manusia cerdas masa kini. Manusia yang kretif dan peduli lingkungan. Sebab sangat banyak jenis sampah yang sebenaarnya dapat didaur ulang dan menghasilkan “fulus” justru diabaikan. Sampah oraganik bias disulap menjadi kompos, sampah plastic bias didaur ulang kembali atau bias menghasilkan karya-karya seni dll.
anda merasa tertarik untuk mengaplikasikan pola hidup Recycle?!. Berarti anda adalah manusia cerdas masa kini. Manusia yang kretif dan peduli lingkungan. Sebab sangat banyak jenis sampah yang sebenaarnya dapat didaur ulang dan menghasilkan “fulus” justru diabaikan. Sampah oraganik bias disulap menjadi kompos, sampah plastic bias didaur ulang kembali atau bias menghasilkan karya-karya seni dll.
Oleh karena itu,
dengan mengetahui 3R (REDUCE, REUSE, & RECYCLE) kita seharusnya merasa
diamanahkan untu menerapkannya dalam kehidupan. Dan sekali lagi saya menegaskan
bahwa 3R tidak akan menimbulkan dampak negative pada diri anda, melainkan anda
dibuat untung dengannya.
NAMANYA SAMPAH, DAN DIA TEMAN YANG BAIK
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh.
salam Sejahtera untuk kita semua. Setelah lama fakum dari dunia Blogger, kini ana mincul kembali bak Jerawat yang tiba-tiba muncul di wajah. Hahaha…
tanpa bertele-tele lagi, ana langsung blak-blakan saja bahwa ana memosting artikel ini untuk memenuhi tugas perkuliahan dan selebihnya agar kita mendapatkan pelajaran mengenai SAMPAH. Bagaimanapun juga, di daerah kita, bahkan di Negara tercinta kita ini tidak bias menghindari polemic sampah. Banyak kalangan yang mengeluh-eluhkan dampak negative yang ditimbulkan oleh sampah. Hingga tidak sedikit langkah penanggulangan sampah telah ditempuh oleh pemerintah, namun tidak menemukan solusi yang benar-benar biasa mengatasi penumpukan sampah.
hingga kemudian ana memosting Artikel ini sebagai salah satu wujud kepedulian Ana terhadap masalah sampah tersebut agar minimal kita tahu cara yang baik memperlakukan sampah. namun sebenarnya juga menjadi tugas matya kuliah Ana.
dan untuk memuaskan rasa penasaran Anda, langsung saja.
salam Sejahtera untuk kita semua. Setelah lama fakum dari dunia Blogger, kini ana mincul kembali bak Jerawat yang tiba-tiba muncul di wajah. Hahaha…
tanpa bertele-tele lagi, ana langsung blak-blakan saja bahwa ana memosting artikel ini untuk memenuhi tugas perkuliahan dan selebihnya agar kita mendapatkan pelajaran mengenai SAMPAH. Bagaimanapun juga, di daerah kita, bahkan di Negara tercinta kita ini tidak bias menghindari polemic sampah. Banyak kalangan yang mengeluh-eluhkan dampak negative yang ditimbulkan oleh sampah. Hingga tidak sedikit langkah penanggulangan sampah telah ditempuh oleh pemerintah, namun tidak menemukan solusi yang benar-benar biasa mengatasi penumpukan sampah.
hingga kemudian ana memosting Artikel ini sebagai salah satu wujud kepedulian Ana terhadap masalah sampah tersebut agar minimal kita tahu cara yang baik memperlakukan sampah. namun sebenarnya juga menjadi tugas matya kuliah Ana.
dan untuk memuaskan rasa penasaran Anda, langsung saja.
CHECKIDOT
A.
Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Tujuan utama dari pewadahan adalah :
- Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari kesehatan, kebersihan dan estetika
- Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpulan sampah, baik petugas kota maupun dari lingkungan setempat.
Dalam operasi pengumpulan sampah, masalah pewadahan memegang peranan yang amat penting. Oleh sebab itu tempat sampah adalah menjadi tanggung jawab individu yang menghasilkan sampah (sumber sampah), sehingga tiap sumber sampah seyogyanya mempunyai wadah/tempat sampah sendiri. Tempat penyimpanan sampah pada sumber diperlukan untuk menampung sampah yang dihasilkannya agar tidak tercecer atau berserakan.
Volumenya tergantung kepada jumlah sampah perhari yang dihasilkan oleh tiap sumber sampah dan frekuensi serta pola pengumpulan yang dilakukan. Untuk sampah komunal perlu diketahui/diperkirakan juga jumlah sumber sampah yang akan memanfaatkan wadah komunal secara bersama serta jumlah hari kerja instansi pengelola kebersihan perminggunya. Bila hari kerja 6 (enam) hari dalam seminggu, kapasita penampungan komunal tersebut harus mampu menampung sampah yang dihasilkan pada hari minggu. Perhitungan kapasitasnya adalah jumlah sampah perminggu (7 hari) dibagi 6 (jumlah hari kerja perminggu).
1. Permasalahan pewadahan sampah
Kapasitas, bentuk dan jenis bahan, pola pengumpulan mempunyai kaitan yang sangat erat satu dengan lainnya. Wadah sampah yang tidak sesuai akan dapat menghambat proses pengumpulan dan pengangkutan sampah khususnya waktu yang diperlukan dalam pembuangan sampah.
Pembuatan sampah dengan tenaga manusia memerlukan wadah sampah yang berbeda dari pembuatan secara mekanis.
Sebagai ilustrasi, pada tahun 1988 ada suatu pasar yang baru dibangun dilengkapi dengan eberapa container besar kapasitas 8 m3 tetapi tidak disediakan kendaraan load, houl yang diperlukan (Arm Roll Truck). Akibatnya pasar tersebut bukan bersih indah, sebaliknya kotor dan bau karena sampah bertumpuk di luar dan dalam container yang sulit untuk dipindahkan/dimuatkan ke truck sampah. Di suatu kota lainnya ada yang membeli container metal 1 m3 seperti di Jakarta dalam jumlah yang banyak tetapi tidak mempunyai truck yang dilengkapi pemuat mekanis (lifter), sehingga menyulitkan operasi pengumpulan sampah.
Pada banyak lokasi perumahan-perumahan sering dijumpai kecenderungan pemilik rumah membuat bak-bak sampah permanen dari pasangan bata. Seperti diketahui, bahwa bak sampah permanen menghambat kecepatan operasi petugas pengumpul. Selain itu bak sampah permanen relatif lebih sulit dikontrol tingkat kebersihannya serta segi estetikanya juga kurang baik.
Agar tempat sampah ini dapat menunjang keberhasilan pengumpulan sampah, perlu didisain sedemikian sehingga cukup ringan dan memudahkan petugas kebersihan untuk mengambil/memindahkan sampahnya kedalam peralatan pengumpulan, cukup hygeniis dalam arti mengurangi kemungkinan kontak langsung antara sampah dengan petugas, tertutup untuk menghindari lalat serta bau, tahan lama, relatif cukup murah serta memperhatikan unsur estetika.
Wadah penyimpanan sampah tersebut ditempatkan sedemikian rupa, sehingga memudahkan bagi para petugas untuk mengambilnya dengan cepat.
2. Kriteria pewadahan sampah
Pola penampungan bisa berbentuk :
- Individual, setiap rumah/toko dan bangunan lainnya memiliki wadah sendiri, cocok untuk daerah pemukiman kelas menengah dan tinggi, pertokoan, perkantoran dan bangunan besar lainnya.
- Komunal, tersedia 1 wadah yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa rumah/bangunan cocok untuk daerah pemukiman kumuh dengan tingkat ekonomi rendah, rumah susun, pemukiman padat sekali (yang menyulitkan proses operasi pengumpulan).
Sarana pewadahan diarahkan untuk memperhatikan hal - hal berikut :
a. Alat pewadahan yang disarankan untuk digunakan adalah tipe tidak tertanam (dapat diangkat) untuk memudahkan operasi pengumpulan.
b. Jenis wadah yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan pengadaannya dapat berupa :
1).Tong sampah ( plastik, fiberglass, kayu, logam, bambu).
2).Kantong plastik.
c. Ukuran wadah minimal dapat mewadai timbulnya sampah selama 2 hari pada tiap tempat timbulan sampah ( untuk pemukiman 40 liter, sedangkan untuk komunal 100 liter - 1 m3).
d. Wadah mampu mengisolasi sampah dari lingkungan ( memiliki tutup )
e. Peruntukan wadah individual : toko, kantor, hotel, pemukiman high incame , home industri.
1). Di halaman muka (tidak diluar pagar)
2). Mudah di ambil
3). Sumber sampah besar ( hotel, restoran ) boleh dibelakang dengan alasan estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan pengambilan.
f. Peruntukan wadah komunal : pedagang kaki lima, rumah susun, pemukiman low income.
1). Tidak mengambil lahan trotoar ( harus ada lokasi khusus ).
2). Tidak dipinggir jalan protokol.
3). Sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
4). Tidak pengganggu pemakai jalan.
3. Cara - Cara Pewadahan Sampah
a. Cara Pewadahan Sampah Rumah Tangga
Sampah rumah tangga hendaknya dimasukkan kedalam tempat sampah yang tertutup, apalagi untuk sampah dari sisa-sisa makanan karena akan cepat membusuk yang dapat menimbulkan bau dan mengundang lalat serta menjadi media perkembangan.
Tempat sampah pada pola pengumpulan individual
Pewadahan pada pola pengumpulan individual ( langsung / tidak langsung ), kapasitas wadah minimal dapat menampung sampah untuk 3 hari (+ 40 - 60 liter ), hal ini berkaitan dengan waktu pembusukan dan perkembangan lalat, masih cukup ringan untuk diangkat oleh orang dewasa sendirian ( dirumah atau petugas kebersihan ) serta efisiensi pengumputan ( pengumpulan dilakukan 2-3 hari sekali secara reguler ). Bila tempat sampah menggunakan kantong plastik bekas, ukuran dapat bervariasi, kecuali dibuat standar.
Pada pemakaian bak sampah permanen dari pasangan bata atau lainnya (tidak dilanjutkan), sampah diharuskan dimasukkan dalam kantong plastik sehingga memudahkan sarta mempercepat proses pengumpulan.
Tempat sampah pada pola pengumpulan komunal
Kapasitas disesuaikan dengan kemudahan untuk membawa sampah tersebut (oleh penghasil sampah) ke tempat penampungan komunal (container besar, bak sampah, TPS). Kapasitas tersebut untuk menampung sampah maksimun 3 hari (cukup berat untuk membawanya sampai ke penampungan komunal yang jaraknya kira-kira 50 - 100 m dari rumah).
b. Cara Pewadahan Sampah Non Rumah Tangga
Prinsip kesehatan tetap dipertahankan (tertutup dll), sedangkan kapasitasnya tergantung aktifitas sumber sampah serta jenis / komposisi sampahnya. Perkantoran misalnya , sampah umumnya didominasi oleh kertas yang tidak mudah membusuk dan tidak berbau busuk.
Kapasitas penyimpangan sampah dari perkantoran dapat diperhitungkan untuk menampung sampah sampai 1 minggu. Untuk jumiah sampahnya besar, pemakaian bin atau container besar dapat dipertimbangkan dan harus memperhatikan peralatan pengumpulan yang digunakan.
Bila jumlah sampahnya dapat mencapai 6- 10 m3 perhari atau setelah 1 minggu, pemakaian container dari Arm roll truck dianjurkan.
Sampah dari pasar setiap harinya berjumlah besar dan cepat membusuk, oleh karena itu pemakaian tempat sampah komunal dari container arm roll dianjurkan, sedangkan masing - masing toko atau kios dapat menggunakan kantong plastik, bin plastik atau keranjang dengan kapasitas 50-120 liter tergantung jumlah sampah yang diproduksi setiap harinya.
c. Cara Pewadahan Sampah Bagi Pejalan Kaki
Disepanjang daerah pertokoan atau taman dan tempat - tempat umum dapat dilakukan dengan menempatkan bin-bin sampah plastik. Sampah dari pejalan kaki ini umumnya terdiri dari pembungkus makanan atau lainnya yang tidak cepat membusuk. Kapasitas tempat sampah ini berkisar 50 - 120 liter.
Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Tujuan utama dari pewadahan adalah :
- Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari kesehatan, kebersihan dan estetika
- Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpulan sampah, baik petugas kota maupun dari lingkungan setempat.
Dalam operasi pengumpulan sampah, masalah pewadahan memegang peranan yang amat penting. Oleh sebab itu tempat sampah adalah menjadi tanggung jawab individu yang menghasilkan sampah (sumber sampah), sehingga tiap sumber sampah seyogyanya mempunyai wadah/tempat sampah sendiri. Tempat penyimpanan sampah pada sumber diperlukan untuk menampung sampah yang dihasilkannya agar tidak tercecer atau berserakan.
Volumenya tergantung kepada jumlah sampah perhari yang dihasilkan oleh tiap sumber sampah dan frekuensi serta pola pengumpulan yang dilakukan. Untuk sampah komunal perlu diketahui/diperkirakan juga jumlah sumber sampah yang akan memanfaatkan wadah komunal secara bersama serta jumlah hari kerja instansi pengelola kebersihan perminggunya. Bila hari kerja 6 (enam) hari dalam seminggu, kapasita penampungan komunal tersebut harus mampu menampung sampah yang dihasilkan pada hari minggu. Perhitungan kapasitasnya adalah jumlah sampah perminggu (7 hari) dibagi 6 (jumlah hari kerja perminggu).
1. Permasalahan pewadahan sampah
Kapasitas, bentuk dan jenis bahan, pola pengumpulan mempunyai kaitan yang sangat erat satu dengan lainnya. Wadah sampah yang tidak sesuai akan dapat menghambat proses pengumpulan dan pengangkutan sampah khususnya waktu yang diperlukan dalam pembuangan sampah.
Pembuatan sampah dengan tenaga manusia memerlukan wadah sampah yang berbeda dari pembuatan secara mekanis.
Sebagai ilustrasi, pada tahun 1988 ada suatu pasar yang baru dibangun dilengkapi dengan eberapa container besar kapasitas 8 m3 tetapi tidak disediakan kendaraan load, houl yang diperlukan (Arm Roll Truck). Akibatnya pasar tersebut bukan bersih indah, sebaliknya kotor dan bau karena sampah bertumpuk di luar dan dalam container yang sulit untuk dipindahkan/dimuatkan ke truck sampah. Di suatu kota lainnya ada yang membeli container metal 1 m3 seperti di Jakarta dalam jumlah yang banyak tetapi tidak mempunyai truck yang dilengkapi pemuat mekanis (lifter), sehingga menyulitkan operasi pengumpulan sampah.
Pada banyak lokasi perumahan-perumahan sering dijumpai kecenderungan pemilik rumah membuat bak-bak sampah permanen dari pasangan bata. Seperti diketahui, bahwa bak sampah permanen menghambat kecepatan operasi petugas pengumpul. Selain itu bak sampah permanen relatif lebih sulit dikontrol tingkat kebersihannya serta segi estetikanya juga kurang baik.
Agar tempat sampah ini dapat menunjang keberhasilan pengumpulan sampah, perlu didisain sedemikian sehingga cukup ringan dan memudahkan petugas kebersihan untuk mengambil/memindahkan sampahnya kedalam peralatan pengumpulan, cukup hygeniis dalam arti mengurangi kemungkinan kontak langsung antara sampah dengan petugas, tertutup untuk menghindari lalat serta bau, tahan lama, relatif cukup murah serta memperhatikan unsur estetika.
Wadah penyimpanan sampah tersebut ditempatkan sedemikian rupa, sehingga memudahkan bagi para petugas untuk mengambilnya dengan cepat.
2. Kriteria pewadahan sampah
Pola penampungan bisa berbentuk :
- Individual, setiap rumah/toko dan bangunan lainnya memiliki wadah sendiri, cocok untuk daerah pemukiman kelas menengah dan tinggi, pertokoan, perkantoran dan bangunan besar lainnya.
- Komunal, tersedia 1 wadah yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa rumah/bangunan cocok untuk daerah pemukiman kumuh dengan tingkat ekonomi rendah, rumah susun, pemukiman padat sekali (yang menyulitkan proses operasi pengumpulan).
Sarana pewadahan diarahkan untuk memperhatikan hal - hal berikut :
a. Alat pewadahan yang disarankan untuk digunakan adalah tipe tidak tertanam (dapat diangkat) untuk memudahkan operasi pengumpulan.
b. Jenis wadah yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan pengadaannya dapat berupa :
1).Tong sampah ( plastik, fiberglass, kayu, logam, bambu).
2).Kantong plastik.
c. Ukuran wadah minimal dapat mewadai timbulnya sampah selama 2 hari pada tiap tempat timbulan sampah ( untuk pemukiman 40 liter, sedangkan untuk komunal 100 liter - 1 m3).
d. Wadah mampu mengisolasi sampah dari lingkungan ( memiliki tutup )
e. Peruntukan wadah individual : toko, kantor, hotel, pemukiman high incame , home industri.
1). Di halaman muka (tidak diluar pagar)
2). Mudah di ambil
3). Sumber sampah besar ( hotel, restoran ) boleh dibelakang dengan alasan estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan pengambilan.
f. Peruntukan wadah komunal : pedagang kaki lima, rumah susun, pemukiman low income.
1). Tidak mengambil lahan trotoar ( harus ada lokasi khusus ).
2). Tidak dipinggir jalan protokol.
3). Sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
4). Tidak pengganggu pemakai jalan.
3. Cara - Cara Pewadahan Sampah
a. Cara Pewadahan Sampah Rumah Tangga
Sampah rumah tangga hendaknya dimasukkan kedalam tempat sampah yang tertutup, apalagi untuk sampah dari sisa-sisa makanan karena akan cepat membusuk yang dapat menimbulkan bau dan mengundang lalat serta menjadi media perkembangan.
Tempat sampah pada pola pengumpulan individual
Pewadahan pada pola pengumpulan individual ( langsung / tidak langsung ), kapasitas wadah minimal dapat menampung sampah untuk 3 hari (+ 40 - 60 liter ), hal ini berkaitan dengan waktu pembusukan dan perkembangan lalat, masih cukup ringan untuk diangkat oleh orang dewasa sendirian ( dirumah atau petugas kebersihan ) serta efisiensi pengumputan ( pengumpulan dilakukan 2-3 hari sekali secara reguler ). Bila tempat sampah menggunakan kantong plastik bekas, ukuran dapat bervariasi, kecuali dibuat standar.
Pada pemakaian bak sampah permanen dari pasangan bata atau lainnya (tidak dilanjutkan), sampah diharuskan dimasukkan dalam kantong plastik sehingga memudahkan sarta mempercepat proses pengumpulan.
Tempat sampah pada pola pengumpulan komunal
Kapasitas disesuaikan dengan kemudahan untuk membawa sampah tersebut (oleh penghasil sampah) ke tempat penampungan komunal (container besar, bak sampah, TPS). Kapasitas tersebut untuk menampung sampah maksimun 3 hari (cukup berat untuk membawanya sampai ke penampungan komunal yang jaraknya kira-kira 50 - 100 m dari rumah).
b. Cara Pewadahan Sampah Non Rumah Tangga
Prinsip kesehatan tetap dipertahankan (tertutup dll), sedangkan kapasitasnya tergantung aktifitas sumber sampah serta jenis / komposisi sampahnya. Perkantoran misalnya , sampah umumnya didominasi oleh kertas yang tidak mudah membusuk dan tidak berbau busuk.
Kapasitas penyimpangan sampah dari perkantoran dapat diperhitungkan untuk menampung sampah sampai 1 minggu. Untuk jumiah sampahnya besar, pemakaian bin atau container besar dapat dipertimbangkan dan harus memperhatikan peralatan pengumpulan yang digunakan.
Bila jumlah sampahnya dapat mencapai 6- 10 m3 perhari atau setelah 1 minggu, pemakaian container dari Arm roll truck dianjurkan.
Sampah dari pasar setiap harinya berjumlah besar dan cepat membusuk, oleh karena itu pemakaian tempat sampah komunal dari container arm roll dianjurkan, sedangkan masing - masing toko atau kios dapat menggunakan kantong plastik, bin plastik atau keranjang dengan kapasitas 50-120 liter tergantung jumlah sampah yang diproduksi setiap harinya.
c. Cara Pewadahan Sampah Bagi Pejalan Kaki
Disepanjang daerah pertokoan atau taman dan tempat - tempat umum dapat dilakukan dengan menempatkan bin-bin sampah plastik. Sampah dari pejalan kaki ini umumnya terdiri dari pembungkus makanan atau lainnya yang tidak cepat membusuk. Kapasitas tempat sampah ini berkisar 50 - 120 liter.
B.
Pengumpulan Sampah
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantara/stasiun pamindahan atau sakaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau swadaya masyarakat (sumber sampah, badan swasta atau RT/RW).
Pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya.
Dalam teknis operasional pengelolaan sampah biaya untuk kegiatan pengumpulan sampah dapat mencapai 40 % dari total biaya operasional. Karenanya perlu diupayakan suatu teknik pengumpulan yang efektif dan efisien, termasuk pertimbangan terhadap tempat penyimpanan sampah, agar biaya operasi dapat ditekan serendah mungkin
1. Permasalahan Pengumpulan Sampah
Salah satu permasalahan di dalam aspek teknis operasional yang umumnya masih dijumpai adalah terbatasnya jumlah peralatan persampahan (termasuk didalamnya peralatan pengumpulan), pemeliharaan yang belum terencana dengan baik serta belum adanya metode operasi yang sesuai.
Pada hampir seluruh kota-kota besar dan sedang di Indonesia, dijumpai sisa-sisa sampah tidak terangkut yang disebabkan oleh belum efisiensinya cara-cara pengumpulan sampah yang diterapkan. Hali ini lebih jauh akan membawa dampak negative terhadap kesehatan masyarakat.
Pengumpulan sampah merupakan kegiatan yang padat karya dan proses yang paling mahal dibandingkan dengan proses-proses lain di dalam pengelolaan sampah. Pada kenyataannya biaya untuk pengumpulan terus meningkat dari waktu ke waktu dengan munculnya daerah-daerah kumuh yang harus dilayani sebagai akibat dari proses urbanisasi.
Secara lebih mendetail permasalahan-permasalahan yang umumnya dijumpai pada sistem pengumpulan ini adalah :
a. Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien karena keterlambatan mulai bekerja, lamanya waktu memuat dan membongkar, hilangnya waktu dan lain-lain.
b. Penggunaan kapasitas muat yang tidak tepat, misalnya terlalu penuh pada rit 1 dan kosong pada rit berikutnya. Muatan yang terlalu penuh membuat kendaraan cepat rusak.
c. Jenis pewadahan yang tidak tepat, tidak seragam dan standar sehingga memperlambat proses pengumpulan sampah oleh petugas pengumpul.
d. Rute pelayanan yang belum optimum, sehingga tidak diperoleh penghematan waktu untuk operasi pengumpulan.
e. Tingkah laku petugas dan kerja sama masyarakat yang kurang baik, seperti misalnya kerjasama antara petugas dan masyarakat serta effisiensi kerja petugas kurang baik.
f. Aksebilitas yang kurang baik, seperti misalnya jalan-jalan yang terlalu sempit, kondisi jalan yang rusak, kemacetan dan lain-lain.
2. Operasi Pengumpulan Sampah
Pada dasarnya pengumpulan sampah dapat dikelompokkan dalam 2 pola pengumpulan :
a. Pola individual langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap bangunan/sumber sampah (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di Tempat Pembuangan Akhir. Pola pengumpulan ini menggunakan kendaraan truck sampah biasa, dump truck atau compactor truck.
b. Pola individual tidak langsung
Daerah yang dilayani kedua cara tersebut diatas umumnya adalah lingkungan pemukiman yang sudah teratur, daerah pertokoan, tempattempat umum, jalan dan taman. Transfer Depo tipe I, tipe II atau tipe III, tergantung luas daerah yang dilayani dan tersedianya tanah lokasi.
c. Pola komunal langsung
Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah (rumah tangga, dll) ke tempat-tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan atau langsung ke truck sampah yang mendatangi titik pengumpulan (semacam jali-jali di jakarta)
d. Pola komunal tidak langsung
Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah (rumah tangga dll ) ke tempat-tempat yang telah disediakan/ditentukan (bin/tong sampah komunal ) atau langsung ke gerobak/becak sampah yang mangkal pada titik - titik pengumpulan komunal. Petugas kebersihan dengan gerobaknya kemudian mengambil sampah dari tempat - tempat pengumpulan komunal tersebut dan dibawa ke tempat penampungan sementara atau transfer depo sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir dengan truck sampah. Bila tempat pengumpulan sampah tersebut berupa gerobak yangmangkal, petugas tinggal membawanya ke tempat penampungan sementara atau transfer depountuk dipindahkan sampahnya ke atas truck.
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantara/stasiun pamindahan atau sakaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau swadaya masyarakat (sumber sampah, badan swasta atau RT/RW).
Pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya.
Dalam teknis operasional pengelolaan sampah biaya untuk kegiatan pengumpulan sampah dapat mencapai 40 % dari total biaya operasional. Karenanya perlu diupayakan suatu teknik pengumpulan yang efektif dan efisien, termasuk pertimbangan terhadap tempat penyimpanan sampah, agar biaya operasi dapat ditekan serendah mungkin
1. Permasalahan Pengumpulan Sampah
Salah satu permasalahan di dalam aspek teknis operasional yang umumnya masih dijumpai adalah terbatasnya jumlah peralatan persampahan (termasuk didalamnya peralatan pengumpulan), pemeliharaan yang belum terencana dengan baik serta belum adanya metode operasi yang sesuai.
Pada hampir seluruh kota-kota besar dan sedang di Indonesia, dijumpai sisa-sisa sampah tidak terangkut yang disebabkan oleh belum efisiensinya cara-cara pengumpulan sampah yang diterapkan. Hali ini lebih jauh akan membawa dampak negative terhadap kesehatan masyarakat.
Pengumpulan sampah merupakan kegiatan yang padat karya dan proses yang paling mahal dibandingkan dengan proses-proses lain di dalam pengelolaan sampah. Pada kenyataannya biaya untuk pengumpulan terus meningkat dari waktu ke waktu dengan munculnya daerah-daerah kumuh yang harus dilayani sebagai akibat dari proses urbanisasi.
Secara lebih mendetail permasalahan-permasalahan yang umumnya dijumpai pada sistem pengumpulan ini adalah :
a. Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien karena keterlambatan mulai bekerja, lamanya waktu memuat dan membongkar, hilangnya waktu dan lain-lain.
b. Penggunaan kapasitas muat yang tidak tepat, misalnya terlalu penuh pada rit 1 dan kosong pada rit berikutnya. Muatan yang terlalu penuh membuat kendaraan cepat rusak.
c. Jenis pewadahan yang tidak tepat, tidak seragam dan standar sehingga memperlambat proses pengumpulan sampah oleh petugas pengumpul.
d. Rute pelayanan yang belum optimum, sehingga tidak diperoleh penghematan waktu untuk operasi pengumpulan.
e. Tingkah laku petugas dan kerja sama masyarakat yang kurang baik, seperti misalnya kerjasama antara petugas dan masyarakat serta effisiensi kerja petugas kurang baik.
f. Aksebilitas yang kurang baik, seperti misalnya jalan-jalan yang terlalu sempit, kondisi jalan yang rusak, kemacetan dan lain-lain.
2. Operasi Pengumpulan Sampah
Pada dasarnya pengumpulan sampah dapat dikelompokkan dalam 2 pola pengumpulan :
a. Pola individual langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap bangunan/sumber sampah (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di Tempat Pembuangan Akhir. Pola pengumpulan ini menggunakan kendaraan truck sampah biasa, dump truck atau compactor truck.
b. Pola individual tidak langsung
Daerah yang dilayani kedua cara tersebut diatas umumnya adalah lingkungan pemukiman yang sudah teratur, daerah pertokoan, tempattempat umum, jalan dan taman. Transfer Depo tipe I, tipe II atau tipe III, tergantung luas daerah yang dilayani dan tersedianya tanah lokasi.
c. Pola komunal langsung
Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah (rumah tangga, dll) ke tempat-tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan atau langsung ke truck sampah yang mendatangi titik pengumpulan (semacam jali-jali di jakarta)
d. Pola komunal tidak langsung
Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah (rumah tangga dll ) ke tempat-tempat yang telah disediakan/ditentukan (bin/tong sampah komunal ) atau langsung ke gerobak/becak sampah yang mangkal pada titik - titik pengumpulan komunal. Petugas kebersihan dengan gerobaknya kemudian mengambil sampah dari tempat - tempat pengumpulan komunal tersebut dan dibawa ke tempat penampungan sementara atau transfer depo sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir dengan truck sampah. Bila tempat pengumpulan sampah tersebut berupa gerobak yangmangkal, petugas tinggal membawanya ke tempat penampungan sementara atau transfer depountuk dipindahkan sampahnya ke atas truck.
C.
Pengangkutan Sampah
Pengangkutan, dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada pengumpulan dengan pola individual langsung, atau dari tempat pemindahan (Trasfer Depo, Trasfer Station), penampungan sementara (TPS, TPSS, LPS) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir. Sehubungan dengan hal tersebut, metoda pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang dipergunakan.
Pengangkutan Berdasarkan Pola Pengumpulan Sampah
a. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Individual Langsung. Pengangkutan sampah untuk pengumpulan yang digunakan pola Individual Langsung, kendaraan yang digunakan untuk pengumpulan juga langsung digunakan untuk pengangkutan ke TPA. Dari pool, kendaraan langsung menuju ke titik - titik pengumpulan (sumber sampah ) dan setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir (dalam suatu rit atau trip).
Setelah menurunkan sampah di TPA, kemudian kembali ke titik pengumpulan pertama untuk rit atau trip berikutnya, setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir pada rit tersebut langsung menuju ke TPA demikian seterusnya dan akhirnya dari TPA langsung kembali ke pool.
b. Pengangkutan pada pengumpulan dengan "Pola Individual Langsung" Pengangkutan dari Transfer Depo tipe I dan tipe II, untuk pengumpulan sampah dengan pola individuai tidak langsung (menggunakan gerobak/becak sampah dan transfer depo tipe I atau II), angkutan sampahnya sebagai berikut:
1 Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi TD dan sampah - sampah tersebut diangkut ketempat pembuangan akhir.
2 Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke TD untuk pengambilan / pengangkutan pada rit atau trip berikutnya. Path rit terakhir sesuai dengan yang ditentukan ,( jumlah sampah yang harus diangkut habis ) kendaraan tersebut langsung kembali ke pool.
3 Dapat terjadi setelah sampah di salah satu TD habis mengambil sampah dari TD lain atau dari TPS/TPSS /LPS.
4 Selain itu dapat diatur pula pengangkutannya bergantian dengan TD lain sehingga tidak ada waktu idle dari Dump Truck. Hal ini dimungkinkan bila jarak TPA dekat ke TD sehingga waktu tempuh truck cukup singkat, sehingga bila langsung dari TPA menuju TD yang sama, kemungkinan akan menganggur menunggu gerobak yang sedang melakukan pengumpulan sampah dari rumah ke rumah (door to door). Dengan memperhitungkan waktu secara cukup cermat (waktu tempuh gerobak 1 trip dan waktu tempuh truk 1 trip). dapat disusun jadwal pengangkutan pada tiap TD.
c. Pengangkutan pada pengumpulan dengan "Pola Individual Langsung" Transfer Depo merupakan landasan container besar yang merupakan perlengkapan Armroll Truck. Disini gerobak tidak tergantung kepada datangnya truk untuk memindahkan sampah yang dikumpulkannya, karena container mangkal dilandasan tersebut.
1. Cara ke-1 (Sistem Container yang diganti)
Dari Pool, Armroll truck membawa container kosong (CO) menuju landasan container pertama (C1), menurunkan container kosong dan mengambil container penuh (C1) secara hidrolis, selanjutnya menuju TPA untuk menurunkan sampah. Dari TPA membawa container kosong (C1) menuju landasan landasan container ke - dua, menurunkan container (C1) kemudian mengambil container penuh (C2) untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju kelandasan container berikutnya demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir ( 4 s/d 6 rit/hari ), dari TPA bersama container terakhir (Cn) yang telah kosong kembali ke Pool.
Pada cara ini pada TD/landasan container setiap saat selalu tersedia container ; sehingga gerobak tidak terikat pada waktu pemindahan karena menunggu container kembali dari TPA.
2. Cara ke–2 (Sistem Container yang dipindah)
Armroll truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama (C1), untuk mengambil/mengangkut container pertama (C1) ke TPA. Dari TPA, kendaraan tersebut dengan container kosong (C1) kembali menuju lokasi container berikutnya (C2), menurunkan container yang kosong (C1) dan mengambil container yang berisi sampah (C2) untuk diangkut ke TPA demikian seterusnya.
Pada rit terakhir setelah container kosong ( Cn ) diletakkan pada lokasi kontainer pertama , kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada lokasi container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada cara ini terdapat kekosongan container pada landasan container pertama sampai Armroll truck membawa container kosong yang terakhir ( Cn ) dari TPA ke landasan pertama. Pada landasan ke dua dan landasan terkhir tidak terjadi kekosongan container. Tentunya yang rawan adalah pada landasan pertama karena kemungkinan ada gerobak yang menurunkan sampah atau individu yang membuang sampah di landasan yang tidak ada containemya.
3. Cara ke-3 (Sistem Container yang diangkat)
Pada cara ke-3 relatif sama dengan cara ke-2, hanya setelah container pertama (C1) dibawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya dari TPA tidak menuju ke lokasi landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari TPA kembali ke landasan kedua demikian selanjutnya. Secara merata setiap landasan (TD-III) akan terjadi kekosongan container selama kegiatan pengangkutan dari landasan ke TPA darn kembali ke landasan yang sama.
4. Cara ke-4 (Sistem Container Tetap)
Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut berupa truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama (C1) dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam truck compactor dari meletakkan kembali container yang kosong itu ditempatnya semula, kemudian kendaraan langsung menuju lokasi container kedua (C2) mengambil sampahnya dan meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya.
Pengangkutan, dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada pengumpulan dengan pola individual langsung, atau dari tempat pemindahan (Trasfer Depo, Trasfer Station), penampungan sementara (TPS, TPSS, LPS) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir. Sehubungan dengan hal tersebut, metoda pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang dipergunakan.
Pengangkutan Berdasarkan Pola Pengumpulan Sampah
a. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Individual Langsung. Pengangkutan sampah untuk pengumpulan yang digunakan pola Individual Langsung, kendaraan yang digunakan untuk pengumpulan juga langsung digunakan untuk pengangkutan ke TPA. Dari pool, kendaraan langsung menuju ke titik - titik pengumpulan (sumber sampah ) dan setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir (dalam suatu rit atau trip).
Setelah menurunkan sampah di TPA, kemudian kembali ke titik pengumpulan pertama untuk rit atau trip berikutnya, setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir pada rit tersebut langsung menuju ke TPA demikian seterusnya dan akhirnya dari TPA langsung kembali ke pool.
b. Pengangkutan pada pengumpulan dengan "Pola Individual Langsung" Pengangkutan dari Transfer Depo tipe I dan tipe II, untuk pengumpulan sampah dengan pola individuai tidak langsung (menggunakan gerobak/becak sampah dan transfer depo tipe I atau II), angkutan sampahnya sebagai berikut:
1 Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi TD dan sampah - sampah tersebut diangkut ketempat pembuangan akhir.
2 Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke TD untuk pengambilan / pengangkutan pada rit atau trip berikutnya. Path rit terakhir sesuai dengan yang ditentukan ,( jumlah sampah yang harus diangkut habis ) kendaraan tersebut langsung kembali ke pool.
3 Dapat terjadi setelah sampah di salah satu TD habis mengambil sampah dari TD lain atau dari TPS/TPSS /LPS.
4 Selain itu dapat diatur pula pengangkutannya bergantian dengan TD lain sehingga tidak ada waktu idle dari Dump Truck. Hal ini dimungkinkan bila jarak TPA dekat ke TD sehingga waktu tempuh truck cukup singkat, sehingga bila langsung dari TPA menuju TD yang sama, kemungkinan akan menganggur menunggu gerobak yang sedang melakukan pengumpulan sampah dari rumah ke rumah (door to door). Dengan memperhitungkan waktu secara cukup cermat (waktu tempuh gerobak 1 trip dan waktu tempuh truk 1 trip). dapat disusun jadwal pengangkutan pada tiap TD.
c. Pengangkutan pada pengumpulan dengan "Pola Individual Langsung" Transfer Depo merupakan landasan container besar yang merupakan perlengkapan Armroll Truck. Disini gerobak tidak tergantung kepada datangnya truk untuk memindahkan sampah yang dikumpulkannya, karena container mangkal dilandasan tersebut.
1. Cara ke-1 (Sistem Container yang diganti)
Dari Pool, Armroll truck membawa container kosong (CO) menuju landasan container pertama (C1), menurunkan container kosong dan mengambil container penuh (C1) secara hidrolis, selanjutnya menuju TPA untuk menurunkan sampah. Dari TPA membawa container kosong (C1) menuju landasan landasan container ke - dua, menurunkan container (C1) kemudian mengambil container penuh (C2) untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju kelandasan container berikutnya demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir ( 4 s/d 6 rit/hari ), dari TPA bersama container terakhir (Cn) yang telah kosong kembali ke Pool.
Pada cara ini pada TD/landasan container setiap saat selalu tersedia container ; sehingga gerobak tidak terikat pada waktu pemindahan karena menunggu container kembali dari TPA.
2. Cara ke–2 (Sistem Container yang dipindah)
Armroll truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama (C1), untuk mengambil/mengangkut container pertama (C1) ke TPA. Dari TPA, kendaraan tersebut dengan container kosong (C1) kembali menuju lokasi container berikutnya (C2), menurunkan container yang kosong (C1) dan mengambil container yang berisi sampah (C2) untuk diangkut ke TPA demikian seterusnya.
Pada rit terakhir setelah container kosong ( Cn ) diletakkan pada lokasi kontainer pertama , kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada lokasi container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada cara ini terdapat kekosongan container pada landasan container pertama sampai Armroll truck membawa container kosong yang terakhir ( Cn ) dari TPA ke landasan pertama. Pada landasan ke dua dan landasan terkhir tidak terjadi kekosongan container. Tentunya yang rawan adalah pada landasan pertama karena kemungkinan ada gerobak yang menurunkan sampah atau individu yang membuang sampah di landasan yang tidak ada containemya.
3. Cara ke-3 (Sistem Container yang diangkat)
Pada cara ke-3 relatif sama dengan cara ke-2, hanya setelah container pertama (C1) dibawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya dari TPA tidak menuju ke lokasi landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari TPA kembali ke landasan kedua demikian selanjutnya. Secara merata setiap landasan (TD-III) akan terjadi kekosongan container selama kegiatan pengangkutan dari landasan ke TPA darn kembali ke landasan yang sama.
4. Cara ke-4 (Sistem Container Tetap)
Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut berupa truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama (C1) dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam truck compactor dari meletakkan kembali container yang kosong itu ditempatnya semula, kemudian kendaraan langsung menuju lokasi container kedua (C2) mengambil sampahnya dan meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya.
D. Pengelolaan
sampah
Pengolahan Sampah adalah
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan , pendaurulangan, atau pembuangan dari
material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah
juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas,
atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis
zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda
beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan
dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah
industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi
di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh
perusahaan pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah
berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya tipe zat sampah, tanah yang
digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Metode Daur Ulang
Proses
pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang, pertama
adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari
bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode-metode baru dari
daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan di bawah.
Pengolahan kembali secara fisik
Baja dibuang, dan kelengkapan
dilaporkan dipilih pada kemudahan Central European Waste Management (Eropa).
Metode
ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah
yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau
dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah
yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium,
kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas
karton,koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP,
dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang dari produk yang
kompleks seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-bagiannya harus
diurai dan dikelompokkan menurut jenis bahannya.
Pengolahan biologis
Pengkomposan. Material
sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah
dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas
methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh
dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto,
Kanada, di mana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan
tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan.
Pemulihan energi
Kandungan
energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya
menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan panas"
bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap
dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk
perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah dipanaskan pada suhu tinggi
dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup
pada Tekanan tinggi.
Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas,
dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material
organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran
antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.
E. Tempat pembuangan akhir (TPA)
Tempat pembuangan akhir (TPA) atau tempat pembuangan sampah (TPS) ialah tempat untuk menimbun sampah dan
merupakan bentuk tertuaperlakuan
sampah.
TPA dapat berbentuk tempat
pembuangan dalam (di mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi)
begitupun tempat yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan cara
paling umum untuk limbah
buangan terorganisir
dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia.
Sejumlah dampak negatif dapat
ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut bisa beragam: musibah fatal
(mis., burung
bangkai yang terkubur
di bawah timbunan sampah); kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses
jalan oleh kendaraan berat); pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh
kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah
penutupan TPA); pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial
daripada karbon dioksida, dan dapat membahayakan
penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan lalat,
khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga; jejas pada margasatwa; dan
gangguan sederhana (mis., debu,
bau busuk, kutu,
atau polusi suara).
TPA di ndonesia :
MENGEFISIENSI
AIR ITU TIDAK SULIT
Assalamualaikum Wr. Wb.
Mengawali pembahasan kita kali
ini, ana mau kasi tau ke teman-teman semua bahwa bumi menanggung banyak beban
dari ulah manusia. Entah itu polusi udara dari asap kendaraan maupun pabrik,
pencemaran lingkungan oleh sampah yang tidak berada pada tempatna, limbah yang
bermuara di sungai maupun kanal, dan cuaca yang kian hari kian panas (global
worming).
Percaya atau tidak, bumi juga
memiliki batas maksimal. Dan jika kita melampaui batas, maka bumi tidak akan
mampu bertahan dalam menopang kehidupan umat manusia.
Kali
ini Admin hanya akan membahas mengenai cara menghemat / mengefisiensi air
menurut Green Architecture building.
Air adalah zat penting dalam
kehidupan. Sebab tanpa air, boleh dikatakan manusia tidak dapat hidup. Oleh karena
itu, manusia sebagai konsumen sudah sepatutnya mengefisiensi air.
Contohnya:
dengan menggunakan kloset
dual flush yang hemat air dan menggunakan kran sensor. Dengan pengetahuan dan
penerapan yang tepat, Anda dapat merancang pembuangan dan mengolah air agar
dapat didaur ulang, yaitu dengan memanfaatkan limbah air dari dapur dan kamar
mandi untuk kemudian diolah kembali sehingga dapat digunakan untuk menyiram
tanaman, mobil, dan lainnya.
Dalam penggunaannya sehari-hari, air dapat dihemat. misalnya air
kaya vitamin yang telah digunakan untuk mencuci sayuran dapat ditampung dan digunakan
untuk menyiram tanaman.
Untuk menabung air, dapat dilakukan
dengan membuat sumur resaan yang akan menampung air hujan, atau langkah praktis
dengan membuat lubang bipori di taman.
Green Building mengurangi penggunaan air dengan menggunakan STP (Sewerage
Treatment Plant) untuk mendaur ulang air dari limbah rumah tangga
sehingga bisa digunakan kembali untuk toilet, penyiraman tanaman dan lainnya. Green building juga menggunakan peralatan penghemat
air seperti shower bertekanan rendah, kran otomatis (self-closing atau spay tubs),
dan tanki toilet yang low-flush toilet yang intinya dapat mengatur
penggunaan air dalam bangunan sehemat mungkin.
ARSITEKTUR YANG BERAKAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Bagaimana kabar? Baik?.
Alhamdulillah. berarti sama dengan kondisi Admin yang kesehatannya masih meraga. Meski masih
mengantuk. Xixixix :D
Kali ini tidak jauh berbeda dengan postingan Admin sebelumnya yang lagi-lagi bermanfaat bagi kita semua bila mau mengambil pelajaran. Ana mau bahas tentang “ARSITEKTUR YANG BERAKAR”. Mungkin diantara kita masih bingung dengan makna judul kajian kita kali ini. Hal itu menjadi wajar sebab admin juga awalnya tidak paham. Dan ternyata kalimat diatas mengandung makna dari filosofi Akar,: yakni keinginan kuat untuk terus berakar baik dari segi Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Dan Anomi : yakni punya semangat dan motivasi untuk terus berusaha.
Kali ini tidak jauh berbeda dengan postingan Admin sebelumnya yang lagi-lagi bermanfaat bagi kita semua bila mau mengambil pelajaran. Ana mau bahas tentang “ARSITEKTUR YANG BERAKAR”. Mungkin diantara kita masih bingung dengan makna judul kajian kita kali ini. Hal itu menjadi wajar sebab admin juga awalnya tidak paham. Dan ternyata kalimat diatas mengandung makna dari filosofi Akar,: yakni keinginan kuat untuk terus berakar baik dari segi Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Dan Anomi : yakni punya semangat dan motivasi untuk terus berusaha.
Sebelum kita
melangkah jauh, Ana mau memberitahu kepada kalian mengenai hal dasar yang
Arsitek harus “miliki” dalam dirinya :
1.
Sebelum mendisain bangunan, Arsitek harus memahami bahwa segala
sesuatu (konstruksi bangunan) saling berkaitan.
2.
Arsitek dituntut untuk mengolah bumi dengan seefisien mungkin.
3.
Memberikan sumbangsi terhadap dunia, itulah tugas Arsitek.
Bila hal diatas sudah menjadi milik seorang
Arsitek, maka itu sudah menjadi tambahan modal untuk menjaga alam ini.
Sebagaimana manusia diciptakan berbeda dengan
mahluk yang bernama binatang. Sebab manusia dibekali dengan akal pikiran untuk
terus dipergunakan untuk berpikir dan mencari ide-ide yang baru. Dan melalui
Ide tersebut, manusia dapat melakukan berbagai macam perubahan. Adapun sedikit
hal yang berkaitan dalam penemuan Ide adalah : Mengumpulkan data, bereksperimen,
dan bukan tentang benar salah, tentang pilihan, dan proses belajar.
Hingga Ide yang ada pada manusia itu dipergunakan, maka
ada yang namanya proses belajar. Baik itu belajar mengenai Isu / persoalan
loal, eksperimen, belajar untuk mencoba berhasil dan sedikit gagal, dan praksi
terus menerus.
Ide dan Belajar memang tidak bias dipisahkan. Sebab
keduanya adalah hal mendasar untuk terciptanya segala sesuatu dari manusia. Seperti
halnya rekonstruksi Arsitektur nusantara yang telah melalui tahap demi tahap
pembentukannya. Yakni merupakan pilihan dan bukan ideology, penggalian ide
melalui (nilai, filosofi, bentuk, material,…), bukan keharusan yang paling
benar, berhubungan denggan regionalism (system budaya, sikap kritis, ungkapan
identitas, dan relasi dengan alam), sama seperti budaya yang tidak terlepas
dari pengaruh luar.
Peduli atau tidak, kita seharusnya menyadari
bahwa bumi kita tengah mengalami banyak problem yang mendera. Tinggal bagaimana
kita bertindak setelah mengetahui isu yang tengah mengancam kelestarian bumi. Apakah
tetap dengan keegoisan kita, ataukah beralih menjadi manusia cerdas dan peduli
lingkungan. Adapun isu-isu tersebut adalah sbb :
1.
Perubahan suhu bumi
Suhu bumi meningkat 1,1°C - 6,4°C antara tahun 1900 – 2010. Indonesia
menyumbangkan emisi karbon terhadap peningkatan suhu bumi +164,7 % dari tahun
1990 – 2007.
Arsitektur “harus” mengurangi emisi karbon/ konsumsi energy. Dengan memanfaatkan
material local, material bekas, mengurangi material fhinising, dan merespon
iklim.
2.
Permukaan air yang
terus meningkat
Selama abad ke 20 air laut meningkat 10 – 25 cm. sedangkan di Jakarta
mengakami penurunan permukaan tanah 1 -15 cm setiap ttahunnya.
Arsitektur yang dipergunakan merespon isu tersebut adalah dengan
membuat resapan air, penampungan air hujan, pengolahan air limbah, dan
mengurangi ketergantungan terhadap air kemasan.
3.
Setiap hari 1000 HA
lahan pertanian diubah menjadi fungsi perkotaan
Sedangkan Indonesia kekurangan pangan (garam, kedelai, beras,
buah-buahan, dll) impor.
Arsitektur Sunda menjadi salah satu contoh yang baik untuk mengatasi
isu seperti ini. Sebab membagi tiga mikro kosmos. Yakni permukiman,
perkebunan/pertanian, dan hutan keramat.
4.
Musim panas &
kebakaran hutan makin parah
Deforestasi
1jt-2jt HA/ thn.
Arsitektur harus tata guna lahan, keanekaragaman, vegetasi, integrasi
ruang dalam dan luar, serta menanam pohon terus menerus.
5.
Sampah
Indonesia 200.000
ton/ hari, dan hanya 25% yang dipungut oleh pemulung untuk kemudian diolah
kembali. 70,69 % sampah organic dan 29,31% sampah anorganik dan (30%
diantaranya adalah sampah plastic).
JEPRET LOKASI :D
GREEN ARCHETECTURE
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam Dahsyat untuk kalian (Arsitek maupun calon
Arsitek) masa depan!
Kali ini Admin kembali lagi dengan
kajian baru yang bernama GREEN ARCHITECTURE atau lebih akrab disebut Arsitektur
Hijau. Ya! Konsep yang dikenal ramah lingkungan dan memberi manfaat yang lebih
maksimal disbanding dengan bangunan yang dibangun tanpa mengenakan atribut
Arsitektur hijau.
Masih ada yang bingung mengenai
Arsitektur hijau?
Berikut admin akan menampilkan beberapa pendapat tentang siapa sih itu Arsitektur Hijau?
Berikut admin akan menampilkan beberapa pendapat tentang siapa sih itu Arsitektur Hijau?
1. Marcus Pollio Vitruvius (1486)
Kesatuan dari kekuatan/kekokohan (firmitas), keindahan (venustas), dan kegunaan/fungsi (utilitas)
2.
Banhart CL. Dan Jess Stein
Arsitektur adalah
seni dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya segi perencanaan,
konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya; sifat atau bentuk bangunan; proses
membangun; bangunan dan kumpulan bangunan
3. Van Romondt
Arsitektur adalah
ruang tempat hidup manusia dengan bahagia. Ruang berarti menunjuk pada semua
ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia atau juga ruang yang terjadi
karena proses alam seperti gua, naungan pohon dan lain-lain
4. ADMIN
Arsitektur hijau adalah sebuah terobosan yang berjalan seiringan dengan zaman yang semakin modern, dimana memberikan konsep nyaman,hemat,serta minim dampak negative terhadap bangunan. J iya nga sih?!
Arsitektur hijau adalah sebuah terobosan yang berjalan seiringan dengan zaman yang semakin modern, dimana memberikan konsep nyaman,hemat,serta minim dampak negative terhadap bangunan. J iya nga sih?!
Berikut ini adalah Prinsip
Green Architekture :
1.
Conserving energy, adalah sebuah prinsip yang mngacung pada hemat energy
bahan bakar melalui perencanaan dan pertimbangan dalam mengoperasikan bangunan.
2.
Working with climate, prinsip ini mengajak kita untuk memaksimalkan
kinerja bangunan. Dimana bangunan harus berfungsi sesuai dengan iklim dan
sumber daya di sekitarnya.
3.
Minimizing new resources, bangunan dituntut untuk meminimalisir
penggunaan sumber daya, dimana sumber daya tersebut masih dapat dipergunakan
untuk kebutuhan arsitek lainnya. Contonya:
Paku yang telah digunakan
pada proses pembangunan masiha dapat digunakan untuk pembangunan berikutnya.
4.
Respect for users,
Dalam membangun sebuah
bangunan, unsur keindahan bukanlah segalanya. Yang terpenting yang harus
dimiliki oleh sebuah bangunan adalah memberikan kenyamanan terhadap
penghuninya. Toh buat apa banguna yang indah bila tidak memberikan kenyamanan
bagi orang yan gada di dalamnya.
5.
Respect for site,
Bagaimana dalam mendirikan
bangunan harus mempertimbangkan mengenai dampaknya terhadap alam sekitar. oleh karena itu, bangunan harus didesain
sebaik mungkin untuk meminimalisir dampaknya terhadap alam.
6.
Holissm,
Adalah sebuah prinsip dimana
ke lima prinsip diatas menjadi acuan utama dalam mendirikan bangunan.
Bagaimana? Sudah puas?,
masih belum ya?
Baiklah,
Admin masih ada sedikit tips/strategi untuk anda dalam memmbangun bangunan yang
green asitektur:
1.
Envelope : berkaitan dengan pelingkup ruang
2.
Lighting : berkaitan dengan pencahayaan
3.
Heating : berkaitan dengan pemanasan
4.
Cooling : berkaitan dengan pendinginan
5.
Energy production : berkaitan dengan produksi energi
6.
Water and waste : berkaitan dengan air dan sampah
MASIH BELUM PUAS juga??!
waduh!
waduh!
Kalu begitu, berikut ini
adalah beberapa daftar jenis sertifikat
yang menjadi rujukan GREEN ARCHITECTURE
Terimakasihhhh
Langganan:
Postingan (Atom)