NAMANYA SAMPAH, DAN DIA TEMAN YANG BAIK
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh.
salam
Sejahtera untuk kita semua. Setelah lama
fakum dari dunia Blogger, kini ana
mincul kembali bak Jerawat yang tiba-tiba muncul di wajah. Hahaha…
tanpa bertele-tele lagi, ana
langsung blak-blakan saja bahwa ana memosting artikel ini untuk memenuhi tugas
perkuliahan dan selebihnya agar kita mendapatkan pelajaran mengenai SAMPAH. Bagaimanapun
juga, di daerah kita, bahkan di Negara tercinta kita ini tidak bias menghindari
polemic sampah. Banyak kalangan yang mengeluh-eluhkan dampak negative yang
ditimbulkan oleh sampah. Hingga tidak sedikit langkah penanggulangan sampah
telah ditempuh oleh pemerintah, namun tidak menemukan solusi yang benar-benar biasa
mengatasi penumpukan sampah.
hingga kemudian ana memosting
Artikel ini sebagai salah satu wujud kepedulian Ana terhadap masalah sampah
tersebut agar minimal kita tahu cara yang baik memperlakukan sampah. namun
sebenarnya juga menjadi tugas matya kuliah Ana.
dan untuk memuaskan rasa
penasaran Anda, langsung saja.
CHECKIDOT
A.
Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan,
dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Tujuan utama dari pewadahan adalah :
- Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu
lingkungan dari kesehatan, kebersihan dan estetika
- Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas
pengumpulan sampah, baik petugas kota maupun dari lingkungan setempat.
Dalam operasi pengumpulan sampah, masalah pewadahan memegang peranan yang amat
penting. Oleh sebab itu tempat sampah adalah menjadi tanggung jawab individu
yang menghasilkan sampah (sumber sampah), sehingga tiap sumber sampah
seyogyanya mempunyai wadah/tempat sampah sendiri. Tempat penyimpanan sampah
pada sumber diperlukan untuk menampung sampah yang dihasilkannya agar tidak
tercecer atau berserakan.
Volumenya tergantung kepada jumlah sampah perhari yang dihasilkan oleh tiap
sumber sampah dan frekuensi serta pola pengumpulan yang dilakukan. Untuk sampah
komunal perlu diketahui/diperkirakan juga jumlah sumber sampah yang akan
memanfaatkan wadah komunal secara bersama serta jumlah hari kerja instansi
pengelola kebersihan perminggunya. Bila hari kerja 6 (enam) hari dalam
seminggu, kapasita penampungan komunal tersebut harus mampu menampung sampah
yang dihasilkan pada hari minggu. Perhitungan kapasitasnya adalah jumlah sampah
perminggu (7 hari) dibagi 6 (jumlah hari kerja perminggu).
1. Permasalahan pewadahan sampah
Kapasitas, bentuk dan jenis bahan, pola pengumpulan mempunyai kaitan yang
sangat erat satu dengan lainnya. Wadah sampah yang tidak sesuai akan dapat
menghambat proses pengumpulan dan pengangkutan sampah khususnya waktu yang
diperlukan dalam pembuangan sampah.
Pembuatan sampah dengan tenaga manusia memerlukan wadah sampah yang berbeda
dari pembuatan secara mekanis.
Sebagai ilustrasi, pada tahun 1988 ada suatu pasar yang baru dibangun
dilengkapi dengan eberapa container besar kapasitas 8 m3 tetapi tidak
disediakan kendaraan load, houl yang diperlukan (Arm Roll Truck). Akibatnya
pasar tersebut bukan bersih indah, sebaliknya kotor dan bau karena sampah
bertumpuk di luar dan dalam container yang sulit untuk dipindahkan/dimuatkan ke
truck sampah. Di suatu kota lainnya ada yang membeli container metal 1 m3
seperti di Jakarta dalam jumlah yang banyak tetapi tidak mempunyai truck yang
dilengkapi pemuat mekanis (lifter), sehingga menyulitkan operasi pengumpulan
sampah.
Pada banyak lokasi perumahan-perumahan sering dijumpai kecenderungan pemilik rumah
membuat bak-bak sampah permanen dari pasangan bata. Seperti diketahui, bahwa
bak sampah permanen menghambat kecepatan operasi petugas pengumpul. Selain itu
bak sampah permanen relatif lebih sulit dikontrol tingkat kebersihannya serta
segi estetikanya juga kurang baik.
Agar tempat sampah ini dapat menunjang keberhasilan pengumpulan sampah, perlu
didisain sedemikian sehingga cukup ringan dan memudahkan petugas kebersihan
untuk mengambil/memindahkan sampahnya kedalam peralatan pengumpulan, cukup
hygeniis dalam arti mengurangi kemungkinan kontak langsung antara sampah dengan
petugas, tertutup untuk menghindari lalat serta bau, tahan lama, relatif cukup
murah serta memperhatikan unsur estetika.
Wadah penyimpanan sampah tersebut ditempatkan sedemikian rupa, sehingga
memudahkan bagi para petugas untuk mengambilnya dengan cepat.
2. Kriteria pewadahan sampah
Pola penampungan bisa berbentuk :
- Individual, setiap rumah/toko dan bangunan lainnya memiliki wadah sendiri,
cocok untuk daerah pemukiman kelas menengah dan tinggi, pertokoan, perkantoran
dan bangunan besar lainnya.
- Komunal, tersedia 1 wadah yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa
rumah/bangunan cocok untuk daerah pemukiman kumuh dengan tingkat ekonomi
rendah, rumah susun, pemukiman padat sekali (yang menyulitkan proses operasi
pengumpulan).
Sarana pewadahan diarahkan untuk memperhatikan hal - hal berikut :
a. Alat pewadahan yang disarankan untuk digunakan adalah tipe tidak tertanam
(dapat diangkat) untuk memudahkan operasi pengumpulan.
b. Jenis wadah yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan pengadaannya dapat
berupa :
1).Tong sampah ( plastik, fiberglass, kayu, logam, bambu).
2).Kantong plastik.
c. Ukuran wadah minimal dapat mewadai timbulnya sampah selama 2 hari pada tiap
tempat timbulan sampah ( untuk pemukiman 40 liter, sedangkan untuk komunal 100
liter - 1 m3).
d. Wadah mampu mengisolasi sampah dari lingkungan ( memiliki tutup )
e. Peruntukan wadah individual : toko, kantor, hotel, pemukiman high incame ,
home industri.
1). Di halaman muka (tidak diluar pagar)
2). Mudah di ambil
3). Sumber sampah besar ( hotel, restoran ) boleh dibelakang dengan alasan
estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan pengambilan.
f. Peruntukan wadah komunal : pedagang kaki lima, rumah susun, pemukiman low
income.
1). Tidak mengambil lahan trotoar ( harus ada lokasi khusus ).
2). Tidak dipinggir jalan protokol.
3). Sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
4). Tidak pengganggu pemakai jalan.
3. Cara - Cara Pewadahan Sampah
a. Cara Pewadahan Sampah Rumah Tangga
Sampah rumah tangga hendaknya dimasukkan kedalam tempat sampah yang tertutup,
apalagi untuk sampah dari sisa-sisa makanan karena akan cepat membusuk yang
dapat menimbulkan bau dan mengundang lalat serta menjadi media perkembangan.
Tempat sampah pada pola pengumpulan individual
Pewadahan pada pola pengumpulan individual ( langsung / tidak langsung ),
kapasitas wadah minimal dapat menampung sampah untuk 3 hari (+ 40 - 60 liter ),
hal ini berkaitan dengan waktu pembusukan dan perkembangan lalat, masih cukup
ringan untuk diangkat oleh orang dewasa sendirian ( dirumah atau petugas
kebersihan ) serta efisiensi pengumputan ( pengumpulan dilakukan 2-3 hari
sekali secara reguler ). Bila tempat sampah menggunakan kantong plastik bekas,
ukuran dapat bervariasi, kecuali dibuat standar.
Pada pemakaian bak sampah permanen dari pasangan bata atau lainnya (tidak
dilanjutkan), sampah diharuskan dimasukkan dalam kantong plastik sehingga
memudahkan sarta mempercepat proses pengumpulan.
Tempat sampah pada pola pengumpulan komunal
Kapasitas disesuaikan dengan kemudahan untuk membawa sampah tersebut (oleh
penghasil sampah) ke tempat penampungan komunal (container besar, bak sampah,
TPS). Kapasitas tersebut untuk menampung sampah maksimun 3 hari (cukup berat
untuk membawanya sampai ke penampungan komunal yang jaraknya kira-kira 50 - 100
m dari rumah).
b. Cara Pewadahan Sampah Non Rumah Tangga
Prinsip kesehatan tetap dipertahankan (tertutup dll), sedangkan kapasitasnya
tergantung aktifitas sumber sampah serta jenis / komposisi sampahnya.
Perkantoran misalnya , sampah umumnya didominasi oleh kertas yang tidak mudah
membusuk dan tidak berbau busuk.
Kapasitas penyimpangan sampah dari perkantoran dapat diperhitungkan untuk
menampung sampah sampai 1 minggu. Untuk jumiah sampahnya besar, pemakaian bin
atau container besar dapat dipertimbangkan dan harus memperhatikan peralatan
pengumpulan yang digunakan.
Bila jumlah sampahnya dapat mencapai 6- 10 m3 perhari atau setelah 1 minggu,
pemakaian container dari Arm roll truck dianjurkan.
Sampah dari pasar setiap harinya berjumlah besar dan cepat membusuk, oleh
karena itu pemakaian tempat sampah komunal dari container arm roll dianjurkan,
sedangkan masing - masing toko atau kios dapat menggunakan kantong plastik, bin
plastik atau keranjang dengan kapasitas 50-120 liter tergantung jumlah sampah
yang diproduksi setiap harinya.
c. Cara Pewadahan Sampah Bagi Pejalan Kaki
Disepanjang daerah pertokoan atau taman dan tempat - tempat umum dapat
dilakukan dengan menempatkan bin-bin sampah plastik. Sampah dari pejalan kaki
ini umumnya terdiri dari pembungkus makanan atau lainnya yang tidak cepat
membusuk. Kapasitas tempat sampah ini berkisar 50 - 120 liter.
B.
Pengumpulan Sampah
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber
timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantara/stasiun pamindahan atau
sakaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau swadaya
masyarakat (sumber sampah, badan swasta atau RT/RW).
Pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh
tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya.
Dalam teknis operasional pengelolaan sampah biaya untuk kegiatan pengumpulan
sampah dapat mencapai 40 % dari total biaya operasional. Karenanya perlu
diupayakan suatu teknik pengumpulan yang efektif dan efisien, termasuk
pertimbangan terhadap tempat penyimpanan sampah, agar biaya operasi dapat
ditekan serendah mungkin
1. Permasalahan Pengumpulan Sampah
Salah satu permasalahan di dalam aspek teknis operasional yang umumnya masih
dijumpai adalah terbatasnya jumlah peralatan persampahan (termasuk didalamnya
peralatan pengumpulan), pemeliharaan yang belum terencana dengan baik serta
belum adanya metode operasi yang sesuai.
Pada hampir seluruh kota-kota besar dan sedang di Indonesia, dijumpai sisa-sisa
sampah tidak terangkut yang disebabkan oleh belum efisiensinya cara-cara
pengumpulan sampah yang diterapkan. Hali ini lebih jauh akan membawa dampak
negative terhadap kesehatan masyarakat.
Pengumpulan sampah merupakan kegiatan yang padat karya dan proses yang paling
mahal dibandingkan dengan proses-proses lain di dalam pengelolaan sampah. Pada
kenyataannya biaya untuk pengumpulan terus meningkat dari waktu ke waktu dengan
munculnya daerah-daerah kumuh yang harus dilayani sebagai akibat dari proses
urbanisasi.
Secara lebih mendetail permasalahan-permasalahan yang umumnya dijumpai pada
sistem pengumpulan ini adalah :
a. Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien karena keterlambatan mulai
bekerja, lamanya waktu memuat dan membongkar, hilangnya waktu dan lain-lain.
b. Penggunaan kapasitas muat yang tidak tepat, misalnya terlalu penuh pada rit
1 dan kosong pada rit berikutnya. Muatan yang terlalu penuh membuat kendaraan
cepat rusak.
c. Jenis pewadahan yang tidak tepat, tidak seragam dan standar sehingga
memperlambat proses pengumpulan sampah oleh petugas pengumpul.
d. Rute pelayanan yang belum optimum, sehingga tidak diperoleh penghematan
waktu untuk operasi pengumpulan.
e. Tingkah laku petugas dan kerja sama masyarakat yang kurang baik, seperti
misalnya kerjasama antara petugas dan masyarakat serta effisiensi kerja petugas
kurang baik.
f. Aksebilitas yang kurang baik, seperti misalnya jalan-jalan yang terlalu
sempit, kondisi jalan yang rusak, kemacetan dan lain-lain.
2. Operasi Pengumpulan Sampah
Pada dasarnya pengumpulan sampah dapat dikelompokkan dalam 2 pola pengumpulan :
a. Pola individual langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap
bangunan/sumber sampah (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di
Tempat Pembuangan Akhir. Pola pengumpulan ini menggunakan kendaraan truck
sampah biasa, dump truck atau compactor truck.
b. Pola individual tidak langsung
Daerah yang dilayani kedua cara tersebut diatas umumnya adalah lingkungan
pemukiman yang sudah teratur, daerah pertokoan, tempattempat umum, jalan dan
taman. Transfer Depo tipe I, tipe II atau tipe III, tergantung luas daerah yang
dilayani dan tersedianya tanah lokasi.
c. Pola komunal langsung
Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah (rumah
tangga, dll) ke tempat-tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan
atau langsung ke truck sampah yang mendatangi titik pengumpulan (semacam
jali-jali di jakarta)
d. Pola komunal tidak langsung
Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah (rumah
tangga dll ) ke tempat-tempat yang telah disediakan/ditentukan (bin/tong sampah
komunal ) atau langsung ke gerobak/becak sampah yang mangkal pada titik - titik
pengumpulan komunal. Petugas kebersihan dengan gerobaknya kemudian mengambil
sampah dari tempat - tempat pengumpulan komunal tersebut dan dibawa ke tempat
penampungan sementara atau transfer depo sebelum diangkut ketempat pembuangan
akhir dengan truck sampah. Bila tempat pengumpulan sampah tersebut berupa
gerobak yangmangkal, petugas tinggal membawanya ke tempat penampungan sementara
atau transfer depountuk dipindahkan sampahnya ke atas truck.
C.
Pengangkutan Sampah
Pengangkutan, dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik
pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada
pengumpulan dengan pola individual langsung, atau dari tempat pemindahan
(Trasfer Depo, Trasfer Station), penampungan sementara (TPS, TPSS, LPS) atau
tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir.
Sehubungan dengan hal tersebut, metoda pengangkutan serta peralatan yang akan
dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang dipergunakan.
Pengangkutan Berdasarkan Pola Pengumpulan Sampah
a. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Individual Langsung. Pengangkutan
sampah untuk pengumpulan yang digunakan pola Individual Langsung, kendaraan
yang digunakan untuk pengumpulan juga langsung digunakan untuk pengangkutan ke
TPA. Dari pool, kendaraan langsung menuju ke titik - titik pengumpulan (sumber
sampah ) dan setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir (dalam suatu rit
atau trip).
Setelah menurunkan sampah di TPA, kemudian kembali ke titik pengumpulan pertama
untuk rit atau trip berikutnya, setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir
pada rit tersebut langsung menuju ke TPA demikian seterusnya dan akhirnya dari
TPA langsung kembali ke pool.
b. Pengangkutan pada pengumpulan dengan "Pola Individual Langsung"
Pengangkutan dari Transfer Depo tipe I dan tipe II, untuk pengumpulan sampah
dengan pola individuai tidak langsung (menggunakan gerobak/becak sampah dan
transfer depo tipe I atau II), angkutan sampahnya sebagai berikut:
1 Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi TD dan sampah -
sampah tersebut diangkut ketempat pembuangan akhir.
2 Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke TD untuk pengambilan / pengangkutan
pada rit atau trip berikutnya. Path rit terakhir sesuai dengan yang ditentukan
,( jumlah sampah yang harus diangkut habis ) kendaraan tersebut langsung
kembali ke pool.
3 Dapat terjadi setelah sampah di salah satu TD habis mengambil sampah dari TD
lain atau dari TPS/TPSS /LPS.
4 Selain itu dapat diatur pula pengangkutannya bergantian dengan TD lain
sehingga tidak ada waktu idle dari Dump Truck. Hal ini dimungkinkan bila jarak
TPA dekat ke TD sehingga waktu tempuh truck cukup singkat, sehingga bila
langsung dari TPA menuju TD yang sama, kemungkinan akan menganggur menunggu
gerobak yang sedang melakukan pengumpulan sampah dari rumah ke rumah (door to
door). Dengan memperhitungkan waktu secara cukup cermat (waktu tempuh gerobak 1
trip dan waktu tempuh truk 1 trip). dapat disusun jadwal pengangkutan pada tiap
TD.
c. Pengangkutan pada pengumpulan dengan "Pola Individual Langsung"
Transfer Depo merupakan landasan container besar yang merupakan perlengkapan
Armroll Truck. Disini gerobak tidak tergantung kepada datangnya truk untuk
memindahkan sampah yang dikumpulkannya, karena container mangkal dilandasan
tersebut.
1. Cara ke-1 (Sistem Container yang diganti)
Dari Pool, Armroll truck membawa container kosong (CO) menuju landasan
container pertama (C1), menurunkan container kosong dan mengambil container
penuh (C1) secara hidrolis, selanjutnya menuju TPA untuk menurunkan sampah.
Dari TPA membawa container kosong (C1) menuju landasan landasan container ke -
dua, menurunkan container (C1) kemudian mengambil container penuh (C2) untuk
dibawa ke TPA, selanjutnya menuju kelandasan container berikutnya demikian
seterusnya. Setelah rit yang terakhir ( 4 s/d 6 rit/hari ), dari TPA bersama
container terakhir (Cn) yang telah kosong kembali ke Pool.
Pada cara ini pada TD/landasan container setiap saat selalu tersedia container
; sehingga gerobak tidak terikat pada waktu pemindahan karena menunggu
container kembali dari TPA.
2. Cara ke–2 (Sistem Container yang dipindah)
Armroll truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju lokasi container
pertama (C1), untuk mengambil/mengangkut container pertama (C1) ke TPA. Dari
TPA, kendaraan tersebut dengan container kosong (C1) kembali menuju lokasi
container berikutnya (C2), menurunkan container yang kosong (C1) dan mengambil
container yang berisi sampah (C2) untuk diangkut ke TPA demikian seterusnya.
Pada rit terakhir setelah container kosong ( Cn ) diletakkan pada lokasi
kontainer pertama , kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada lokasi container
pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada cara ini terdapat kekosongan
container pada landasan container pertama sampai Armroll truck membawa
container kosong yang terakhir ( Cn ) dari TPA ke landasan pertama. Pada
landasan ke dua dan landasan terkhir tidak terjadi kekosongan container.
Tentunya yang rawan adalah pada landasan pertama karena kemungkinan ada gerobak
yang menurunkan sampah atau individu yang membuang sampah di landasan yang
tidak ada containemya.
3. Cara ke-3 (Sistem Container yang diangkat)
Pada cara ke-3 relatif sama dengan cara ke-2, hanya setelah container pertama
(C1) dibawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya dari TPA tidak menuju ke lokasi
landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari TPA kembali ke
landasan kedua demikian selanjutnya. Secara merata setiap landasan (TD-III)
akan terjadi kekosongan container selama kegiatan pengangkutan dari landasan ke
TPA darn kembali ke landasan yang sama.
4. Cara ke-4 (Sistem Container Tetap)
Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut berupa truck
compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama
(C1) dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam truck compactor dari
meletakkan kembali container yang kosong itu ditempatnya semula, kemudian
kendaraan langsung menuju lokasi container kedua (C2) mengambil sampahnya dan
meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya.
D. Pengelolaan
sampah
Pengolahan Sampah
adalah
pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan , pendaurulangan, atau pembuangan dari
material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah
juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat
padat,
cair,
gas,
atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis
zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda
beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan
dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah
industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi
di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh
perusahaan pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah
berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya tipe zat sampah, tanah yang
digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Metode Daur Ulang
Proses
pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang, pertama
adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari
bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode-metode baru dari
daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan di bawah.
Pengolahan kembali secara fisik
Metode
ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah
yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau
dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah
yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium,
kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas
karton,koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP,
dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang dari produk yang
kompleks seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-bagiannya harus
diurai dan dikelompokkan menurut jenis bahannya.
Pengolahan biologis
Pengkomposan. Material
sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah
dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas
methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh
dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto,
Kanada, di mana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan
tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan.
Pemulihan energi
Kandungan
energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya
menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan panas"
bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap
dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk
perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah dipanaskan pada suhu tinggi
dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup
pada Tekanan tinggi.
Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas,
dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material
organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran
antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.
E. Tempat pembuangan akhir (TPA)
Tempat pembuangan akhir
(TPA) atau
tempat pembuangan sampah
(TPS) ialah tempat untuk menimbun
sampah dan
merupakan bentuk tertua
perlakuan
sampah.
TPA dapat berbentuk tempat
pembuangan dalam (di mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi)
begitupun tempat yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan cara
paling umum untuk
limbah
buangan terorganisir
dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia.
Sejumlah dampak negatif dapat
ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut bisa beragam: musibah fatal
(mis.,
burung
bangkai yang terkubur
di bawah timbunan sampah); kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses
jalan oleh kendaraan berat); pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran
air tanah oleh
kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah
penutupan TPA); pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan
sampah organik (
metana adalah
gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial
daripada
karbon dioksida, dan dapat membahayakan
penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti
tikus dan
lalat,
khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di
Dunia Ketiga; jejas pada margasatwa; dan
gangguan sederhana (mis.,
debu,
bau busuk,
kutu,
atau
polusi suara).
TPA di ndonesia :